Menepis fitnah terhadap ikan sapu-sapu

Yang perlu dilakukan adalah membangun cara berpikir yang baru terhadap keberadaan ikan sapu-sapu. Ikan ini harus dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.

SANGIA Daily
Menepis fitnah terhadap ikan sapu-sapu
Image by azerbaijan_stokers on Freepik

Ikan sapu-sapu dengan nama latin Hypostomus plecostomus atau Pterygoplichthys pardalis yang bentuknya menyeramkan bagi sebagian orang hampir selalu dipersepsi sebagai ikan yang berbahaya jika dikonsumsi. Ikan ini sebenarnya adalah ikan yang berasal dari Sungai Amazon dan dimasukkan ke Indonesia sebagai ikan hias.

Sebagaimana nama umumnya Suckermouth catfish, ikan ini mempunyai cara makan dengan menyedot “lumut” yang menempel di permukaan substrat. Cara makan inilah yang dimanfaatkan penghobi ikan hias untuk menggunakan ikan sapu-sapu sebagai pembersih akuarium ikan hias. Entah karena sudah bosan dengan ikan hias atau alasan lain, mereka yang memelihara ikan hias membuang ikan sapu-sapu ke perairan seperti sungai atau danau setelah tidak lagi memelihara ikan hias. Akhirnya ikan ini berkembangbiak di perairan tawar dan karena tidak ada yang menangkap dan mengkonsumsinya, jadilah populasinya semakin membludak.

Dari situlah awal mula stigma buruk yang disematkan kepada ikan sapu-sapu. Ada sebagian orang yang menyebut ikan sapu-sapu sebagai ikan predator, padahal ia cuma mengkonsumsi lumut yang ada di dasar perairan atau yang menempel bebatuan di dalam air. Ada juga yang menyebut ikan sapu-sapu sebagai pemakan telur-telur ikan konsumsi, seperti ikan nila atau telur-telur ikan asli atau bahkan ikan endemik suatu perairan, meskipun tidak mampu menampilkan bukti empirisnya. Semua stigma itu baru praduga yang difitnahkan kepada ikan sapu-sapu. Padahal yang paling logis terjadi adalah karena ikan sapu-sapu tidak ditangkap oleh nelayan, karena tidak bernilai ekonomis sehingga populasinya membludak di suatu kawasan perairan tertentu. Ledakan populasi ikan sapu-sapu ini dapat menjadi bencana ekologis, karena keberadaanya akan mereduksi relung hidup biota di suatu perairan tertentu.

Oleh karena itu yang perlu dilakukan adalah membangun cara berpikir yang baru terhadap keberadaan ikan sapu-sapu. Ikan ini harus dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Dengan pemanfaatan ikan sapu-sapu, populasi ikan sapu-sapu akan dapat dikontrol sehingga tidak menjadi faktor yang mengancam ekosistem perairan dan penghuninya.

Alternatif pemanfaatan ikan sapu-sapu

Ikan sapu-sapu memunyai daging sekitar 25 %, selebihnya adalah tulang dan kulit. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kandungan protein ikan sapu-sapu 30,09% dan kandungan lemaknya 30.59 %. Dengan melihat kandungan ini, daging ikan sapu-sapu dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia sehingga dapat diolah dalam berbagai bentuk olahan pangan, seperti nuget, bakso, siomay dan lain.

Tulang ikan sapu-sapu bisa diekstrak untuk dimanfaatkan kandungan kalsium dan juga gelatinnya. Gelatin memiliki banyak fungsi. Dalam industri makanan: Gelatin ikan sering digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman, terutama dalam produk-produk seperti permen, jeli, es krim, yogurt, saus, dan produk olahan daging. Gelatin ikan dapat memberikan tekstur, kelembutan, dan stabilitas pada produk makanan ini. Dalam farmasi, gelatin ikan dapat digunakan dalam pembuatan kapsul obat, terutama oleh mereka yang ingin menghindari penggunaan kapsul berbahan dasar hewan lain, seperti babi atau sapi. Di bidang bioteknologi gelatin ikan dapat digunakan dalam budidaya sel dan jaringan dalam kultur in vitro. Dalam produk kosmetik, gelatin ikan sering digunakan dalam pembuatan masker wajah, krim, dan produk perawatan rambut.

Corak kulit ikan sapu-sapu yang menawan bisa menjadi daya tarik tersediri. Kulit ikan sapu-sapu dapat dijadikan sebagai bahan kulit untuk pembuatan dompet, sepatu, aksesoris gadget dan juga tas.

Telur ikan sapu-sapu juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sebagaimana telur ikan yang lain yang berwarna jingga, telur ikan ini juga berwarna jingga yang sudah dipastikan banyak mengandung beta karoten yang banyak fungsinya untuk mendukung kesehatan manusia. Pemanfaatan telur ikan sapu-sapu tentunya akan dapat secara cepat mereduksi jumlah populasi ikan sapu-sapu di perairan.

Perlu dibentuk kelompok-kelompok industri rumahan dan koperasi di wilayah yang banyak mempunyai stok populasi ikan sapu-sapu, seperti Danau Tempe dan kompleks Danau Towiti, untuk memproduksi produk yang berbasis ikan sapu-sapu dan memasarkannya. Media digital perlu dimanfaatkan untuk mengakselerasi kegiatan marketing produk dari ikan sapu-sapu.

Dengan dimanafaatkannya ikan sapu-sapu untuk kepentingan kehidupan manusia, maka ikan sapu-sapu sebagai ikan introduksi dari Sungai Amazon tidak akan lagi disebut sebagai ikan invasif yang dapat menimbulkan bencana ekologis. Bahkan jika permintaan ikan sapu-sapu semakin meningkat melebihi populasinya, maka bisa jadi kita dituntut untuk menyiapkan strategi budidayanya.

*Penulis adalah Guru Besar dalam bidang Ekotoksikologi Perairan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Email : khusnul@unhas.ac.id

Advertisements
Penulis: Khusnul YaqinEditor: Rochmady
Advertisements
Advertisements

Tinggalkan Balasan

Advertisements

Eksplorasi konten lain dari SANGIA Daily

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca