Maulid adalah cara silaturrahmi dengan Rasul saw

Dalam peringatan maulid Nabi saw, kaum mukminin bergembira memeringati kelahiran Rasul saw.

SANGIA Daily
Ilustrasi Maulid Nabi Muhammad SAW
Freepik/Rochmady

Dalam kitab sawabul a’mal disebutkan bahwa Imam Jakfar as bersabda kebaikan apapun yang kita alirkan atau kita lakukan kepada kaum mukminin lainnya pada hakikatnya adalah kebaikan yang kita lakukan kepada Rasul saw.

Dalam peringatan maulid Nabi saw, kaum mukminin bergembira memeringati kelahiran Rasul saw. Mereka yang memeringati ada dengan diisi ceramah, atau membaca kitab-kitab yang berisi riwayat kelahiran Rasul saw dan puisi puisi tentang Rasul saw dan kecintaan kepada Rasul saw dan ahlul baitnya. Atau ada yg menggabungkan ceramah dan pembacaan biografi Rasul saw, dan berbagai corak lainya. Yang terpenting di acara maulid adalah adanya kebaikan yang diberikan kepada kaum mukminin baik itu bertatap muka, saling senyum dan sapa bahkan yang selalu ada adalah makanan untuk disantap bersama atau ataukah dibawa pulang sebagai berkat untuk yang tidak sempat hadir.

Dengan analisis yang sederhana kita bisa mengetahui bahwa di dalam acara maulid Nabi saw adalah adanya kebaikan yang dialirkan dari mukmin yang satu ke mukminin yang lainnya melalui tindakan praktis yang tanpa diribeti oleh beban filosofis atau teosofis. Kalau anda membaca doa ziarah kepada Rasul saw sendirian dan berusaha memahami dan menghayati maknanya, itu pekerjaan yg tidak mudah. Dalam pekerjaan itu anda harus mengerti bahasa Arab dari teks ziarah, kedua anda harus memfungsikan akal untuk mencerna kandungan maknanya lalu membenamkan dalam alam bawa sadar. Untuk kepentingan itu anda harus belajar sendiri atau nyantri di lembaga seminari Islam atau pondok pesantren agar paham teks ziarah. Last but not least, anda harus dalam kondisi suci dan ikhlas. Pekerjaan seperti itu repot bagi orang awam dan juga mungkin bagi mereka yang terpelajar.

Oleh karena itu, ulama atau ruhaniawan Islam Sejak wali Songo atau bahkan sebelumnya mengkonstruksi tradisi Maulid di berbagai wilayah Nusnatara agar masyarakat luas bisa menjalin silaturrahmi dengan Rasul saw dengan bertemuan di perhelatan kegembiraan atas lahirnya sayyidul wujud Muhammad saw yang berisi silaturrahmi, makan bersama dengan penuh keriangan.

Dengan cara itu panitia penyelenggara sudah berbuat baik kepada kaum mukminin, begitu juga ustadz yang ceramah, pembaca barzanji, peserta, bahkan tukang parkir dll di acara tersebut. Semua yang terlibat pada acara maulid sedang berbuat baik kepada kaum mukminin yang menurut hadist di atas pada hakikatnya berbuat baik kepada Rasul saw.

Bisa dibayangkan jika silaturrahmi dengan Rasul saw ini bisa menjadi seperti bola salju, seiring dengan berjalannya waktu semakin membesar.

Sudah bisa dipahami, masyarakat maulid itu akan menjadi masyarakat rabbani yang membawa Nusantara menjadi wilayah yang thayibatun wa rabbun ghafur atau bahasa Nusantaranya negeri yg gema ripa loh jinawi.

Dari sini kita mengerti mengapa wahabi tidak suka atau membid’ahkan acara maulid Nabi saw, padahal dalilnya sudah sangat jelas.

Advertisements
Advertisements
Advertisements

Tinggalkan Balasan

Advertisements

Eksplorasi konten lain dari SANGIA Daily

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca